Perkembangan rasa agama adalah rangkaian perubahan progresif yang terjadi akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan bukan hanya sekedar perubahan beberapa sentimeter pada tinggi badan atau peningkatan kemampuan seseorang melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dn fungsi yang komplek. Perubahan setiap tingkatan dipengaruhi oleh faktor internal yaitu perkembangan usia dan faktor eksternal berupa pengaruh dari luar yang di alaminya serta adanya suatu proses.sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Sebenarnya potensi agama sudah ada pada setiap manusia sejak ia dilahirkan. Potensi itu merupakan dorongan untuk mengabdi kepada sang Pencipta. Dorongan itu berupa benih-benih keberagamaan yang di anugerahkan Tuhan kepada manusia. Dorongan ini merupakan cikal bakal tumbuhnya kepercayaan atau agama pada manusia. Dorongan untuk mengabdi yang ada pada diri manusia merupakan sumber keberagamaan yang fitri.
Untuk memelihara dan menjaga kemurnian potensi fitrah, Allah mengutus para Nabi dan Rasul. Tugas mereka adalah mengarahkan pengembangan potensi bawaan itu ke jalan sebenarnya dengan cara memberi pengajaran dan contoh teladan yang dalam estafet selanjutnya risalah tersebut diwariskan kepada para ulama’. Akan tetapi tanggungjawab utamanya di titikberatkan pada kedua orang tua. Apakah seseorang setelah dewasa menjadi sosok yang taat bergantung pada pembinaan nilai-nilai agama oleh orang tua.
Pendidikan mempunyai peran yang penting dalam menanamkan rasa agama ada anak. Melalui pendidikan pula pembentukan sikap keagamaan di lakukan. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama yang sulit di abaikan dalam pendidikan yang mana pendidiknya adalah orang tua itu sendiri. Bapak dan ibu adalah pendidik kodrati. karena mereka diberikan anugerah Tuhan berupa naluri orang tua. Karena naluri itu, muncul rasa kasih sayang pada anak-anaknya hingga keduanya merasa mempunyai tanggung-jawab untuk memelihara, mengawasi, melindungi dan membimbing anak-anaknya.
Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa keagamaan. Fungsi dan peran orang tua mampu membentuk arah keyakinan anak-anak mereka. Sejak masa bayi hingga usia sekolah anak memiliki lingkungan tunggal dalam keluarga. Bayi yang baru lahir merupakan makhluk yang tak berdaya tetapi dibekali berbagai kemampuan yang bersifat bawaan. Perkembangan bayi tidak menjadikan dapat berlangsung secara normal tanpa adanya bantuan dari luar. Tanpa bimbingan dan pengawasan yang teratur bayi akan kehilangan kemampuan untuk berkembang secara normal walau memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang.
Orang tua bertanggungjawab memberikan pendidikan pada anak-anaknya. Sebagaimana Al Ghazali menyatakan (seperti John Lock) dengan teori tabularasanya, bahwa manusia lahir seperti kertas putih dan lingkungan yang mengisi kertas putih itu. Ia mengajarkan bahwa perkembangan pribadi ditentukan faktor lingkungan terutama pendidikan keluarga. Pengalaman dari lingkungan menentukan pribadi seseorang. Disinilah pentingnya pendidikan terutama pendidikan keluarga (orang tua). Hubungan orang tua dengan anak memiliki peran yang sangat besar dalam proses peralihan nilai agama yaaang akan menjadi dasssa-dasar nilai dari religiusitas anak.
Melalui hubungan dari orang tua anak menyerap konsep-konsep religiusitas, baik yang berkaitan dengan konsep-konsep keimanan, ibadah, maupun muamalah (etik dan moral).ada dua masalah penting yang ikut berperan dalam perkembangan religiusitas anak melalui proses hubungan orang tua dn anak. Yaitu cara orang tua dalam berhubungan (berkomunikasi) dengan anaknya, serta kualitas dari religiusitas orang tua.
Cara berhubungan orang tua dengan anaknya menimbulkan suasana emosional tertentu yang akan mempengaruhi situasi emosi dan sikap anak terhadap obyek yang menjadi perantara hubungan tersebut. Oleh karena itu, peralihan konsep-konsep keagamaan yang terjadi pada suasana hubungan yang positif akan menimbulkan rasa senang dan sikap positif anak terhadap nilai dan perilaku keagamaan. Hal ini akan mendorong timbulnya minat anak dalam mempelajari nilai-nilai keagamaan baik pada usia tersebut maupun usia selanjutnya. Cara berhubungan orang tua dengan anak memang mempunyai peran penting dalam perkembangan religiusitas anak bahkan lebih penting dari materi yang di tanamkan.
Religiusitas anak adalah hasil dari proses penyerapan anak terhadap perilaku relligiusitas orang tua. Semakin tinggi tingkat religiusitas orang tua akan semakin tinggi ekspresi perilaku tingkat keagamaannya sehingga mudah teramati dan terserap oleh anak. Pendidikan yang utama bagi anak adalah pendidikan tauhid. Menurut Al Ghazali, cara untuk menanamkan keimanan pada anak ialah dengan metode pengajaran secara sabar dan kasih sayang sehingga mencapai iman yang kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar